🔐 Promptly is just frontend, no data saved...
🛠️ Items without pics are still in development ✨
📷 If it has pics, feel free to try it out 💡
🔄 They're still evolving, feature by feature ⚙️
📌 But not everything is a top priority 🔍
📈 No pics? That means: upgrade's coming... 🚀
🎉 That’s all for now, enjoy exploring! 🙌
😎 Click this ad to see the most handsome guy in the world! 😍
MASIGNCLEAN101

Empat Raja Minyak Goreng dan Nasib Rakyat di Meja Makan - PromptlyAja

Empat Raja Minyak Goreng dan Nasib Rakyat di Meja Makan - PromptlyAja
Sabtu, 05 Juli 2025
4 Pilar Minyak Goreng Indonesia


PromptlyAja — Minyak Goreng merupakan kebutuhan primer setiap keluarga, yang berarti ini merupakan lahan yang sangat menarik dari segi bisnis karena permintaan akan minyak goreng yang benar-benar besar di indonesia dan terus bertambah seiring waktu.

Lembaga Riset Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS) menyebut bahwa, struktur industri minyak goreng khususnya di indonesia diduga sejak lama diterapkan sistem pasar oligopoli yang mana berarti pembentukan harga pasar rawan dimanipulasi oleh produsen.

Hal ini diperkuat dengan terjadinya kelangkaan pada akhir tahun 2021 silam. Yang bahkan, minyak goreng dipatok jauh di atas harga eceran tertinggi pada saat itu.

Direktur IDEAS

Yusuf Wibisono selaku Direktur IDEAS mengatakan sekitar 60 persen produksi minyak goreng didistribusikan untuk kebutuhan domestik dan 40 persen sisanya diekspor ke luar negeri pada 2020. “Dengan struktur pasar oligopoli, perilaku kartel seringkali terlihat di pasar minyak goreng,” katanya dalam rilis, Sabtu, 12 Maret 2022.

Selain itu, KPPU Mencatat dari sebanyak 74 pabrik minyak goreng di dalam negeri terdapat 4 perusahaan yang menguasai industri tersebut. KPPU juga mensinyalir sejumlah perusahaan dalam negeri itu melakukan kartel terkait dengan kenaikan harga minyak goreng sejak akhir tahun lalu.

Menurut Ketua KPPU Ukay Karyadi, industri minyak goreng di Indonesia kini dikuasai oleh sedikit pemain besar yang mampu mengontrol harga di pasar. Di sisi lain, proses akuisisi yang terus berlangsung membuat lahan sawit milik masyarakat dan perusahaan skala menengah makin lama makin mengecil.

“Kedaulutan di perkebunan sawit itu semakin berkurang dari sisi kepemilikan rakyat berkurang dari segi kepemilikan nasional juga semakin berkurang,” kata Ukay saat memberi keterangan dalam diskus Indef, Kamis (3/2/2022).

Mantan Ketua MPR RI

Menurut Mantan Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo pada Februari 2022 silam, "masyarakat di berbagai daerah masih menyuarakan keluh kesah mereka merespons kelangkaan minyak goreng dan tingginya harga kedelai. Bahkan di beberapa tempat, terjadi antrian warga yang akan membeli minyak goreng. Pemerintah hendaknya all out  untuk mengatasi dua masalah ini, karena berkait dengan kebutuhan semua rumah tangga dan jutaan pelaku UMKM." Pada Catatan Ketua MPR RI di Website Resmi MPR RI.

Bambang Soesatyo juga mengungkapkan bahwa akar masalah atau penyebab kelangkaan dan mahalnya harga minyak goreng sudah diketahui. Namun, karena tidak adanya langkah atau kebijakan antisipatif, kelangkaan dan naiknya harga harus ditanggung masyarakat sebagai konsumen.

Dari total kebutuhan yang mendekati tiga juta ton, total produksi dalam negeri hanya mampu memasok kurang dari 10 persen. Sisanya, mau tak mau, impor dari Amerika Serikat dan beberapa negara produsen lainnya. Maka, ketika produksi kedelai di di beberapa negara produsen menurun, Indonesia harus mencari jalan keluar  dengan melakukan pendekatan kepada negara produsen lainnya. Ucap Bambang Soesatyo selaku MPR RI (14/02/2022)

Indonesia “Raja” Sawit Dunia Yang Sulit Berdaya

Pengusaha sukses Minyak Goreng

Indonesia sering disebut sebagai "raja kelapa sawit dunia", menyumbang lebih dari 50% pasokan CPO (Crude Palm Oil) global. Namun ironisnya, di dalam negeri sendiri rakyat justru mengalami kelangkaan dan kenaikan harga minyak goreng. Ini bukan sekadar kontradiksi, tapi indikasi dari kegagalan tata kelola dan orientasi ekonomi nasional.

Saat krisis minyak goreng 2021–2022, seluruh merek besar menaikkan harga dalam waktu dan rentang yang hampir sama. Harga melonjak dari Rp 13.000 menjadi Rp 20.000–25.000/liter, padahal biaya produksi tidak naik setara.

Hal ini menandakan adanya Pola Kenaikan yang seragam di Sektor Minyak Goreng Indonesia, Yang mana Merupakan Indikasi awal adanya Operasi Kartel yang mengatur sektor ini.

Pemerintah sempat menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) Rp 14.000/liter, tapi tidak efektif karena produsen menarik pasokan dari pasar, menyebabkan kelangkaan.

Yang berarti, Bahkan Intervensi Pemerintah dalam mengatasi permasalahan Harga minyak yang tiba-tiba naik pun gagal yang berarti Bahkan Kekuasaan Pemerintah tidak bisa menyamakan Kekuatan 'mereka'.

Artikel ini menggambarkan potret ironis industri minyak goreng di Indonesia — negara yang dikenal sebagai "raja kelapa sawit dunia" namun justru kerap mengalami kelangkaan dan lonjakan harga minyak goreng di pasar domestik. Permasalahan ini berpangkal pada struktur pasar yang diduga oligopolistik, di mana hanya segelintir perusahaan besar menguasai produksi dan distribusi. Dugaan praktik kartel serta lemahnya intervensi pemerintah memperparah kondisi, menyebabkan harga minyak goreng melonjak tajam di tengah kebutuhan masyarakat yang tinggi.

Selain itu, proses konsolidasi industri melalui akuisisi lahan oleh perusahaan besar semakin menyudutkan peran masyarakat dan pelaku UMKM dalam rantai produksi. Meskipun Indonesia menjadi eksportir utama CPO dunia, rakyatnya justru tidak merasakan manfaat langsung, akibat orientasi industri yang lebih condong ke ekspor dan profit, dibandingkan pemenuhan kebutuhan dalam negeri.

Catatan Kaki :



- #indonesiaemas -
Share This :
ElParjo